Bagian II : Suka Duka Menjadi Tenaga Migran Indonesia di Sektor Informal
Istilah Tenaga Kerja Indonesia (TKI), sebenarnya kurang tepat untuk menyebut pekerja Indonesia yang mengadu nasib di luar negeri. TKI bisa diartikan semua Tenaga Kerja dari Indonesia, baik yang bekerja didalam maupun luar negeri. Akan lebih baik jika istilah tersebut diganti dengan Tenaga Migran Indonesia (TMI). Di fora internasionalpun istilah Migrant worker sudah lama digunakan. Sebagai contoh China menggunakan istilah “Overseas” untuk menyebut tenaga migran dari negara Tirai bambu tersebut. TMI di Brunei pada umumnya bekerja di sektor non formal (pelayan toko, PRT/Amah, buruh bangunan, sopir bus, kondektur cleaning service, pedagang dll). Empat sektor yang saat ini dominan adalah Amah, sopir, tukang kebun dan buruh bangunan. Namun banyak yang menjadi Guru di SD, SMP, SMA, Dosen di Perguruan Tinggi, ataupun manajer hotel. Atau tenaga ahli di Petrolium (BP Migas), Shell Brunei, Dephan maupun menduduki jabatan penting di sejumlah Kementrian Brunei.
Untuk tenaga kerja non formal kelemahan umum para TMI adalah kurang atau tidak menguasai bahasa Inggris sehingga kalah bersaing dengan tenaga migrant dari negara lain misalnya Philipina. Hal ini tentu berdampak pada kecilnya gaji mereka. Contohnya, Pekerja dari Indonesia sebenarnya termasuk golongan yang ulet dan rajin, ketika mereka sedang bekerja tiba-tiba ada Manajer orang asing menegur “What are you doing ?” atau pertanyaan sederhana lainnya karena tidak tahu harus menjawab apa “a… I… ueo” Si Bule/orang asing tersebut langsung berkata “You are so bad, lazy and so on and so on”. Kalau posisi dia adalah sebagai pelayan restoran, maka jika ada customer asing bertanya/order yang maju pasti orang Philipina. Bahkan di salah satu restoran Padang terkenal di Brunei “terpaksa” memperkejakan orang Philipina “sungguh sayang”.
Ada hal yang “lucu dan konyol” bahwa kata-kata guyonan salah satu Mantan Presiden RI yang mengatakan bahwa Jika gaji pembantu/Amah di Brunei lebih besar dari Gaji guru, maka banyak guru di Indonesia akan berhenti jadi guru dan memilih menjadi Amah. Ini dimanfaatkan orang-orang Brunei untuk tidak memberi/menaikan gaji PRT melebihi gaji guru di Indonesia atau kira-kira tidak akan lebih dari B$ 250 perbulan. Padahal Amah disini bekerja ekstra berat. Sebagai gambaran seorang Amah akan bekerja sepanjang pagi, siang hingga larut malam, mengapa ?
Karena Si Amah harus melayani keluarga besar yang terdiri dari keluarga kakek, anak hingga cucu. Atau dengan kata lain “majikannya satu temanya banyak”. Keluarga disini lebih senang hidup berkumpul dalam satu rumah. Namun ada juga Amah yang bernasib baik dan mendapatkan majikan baik hati. Biasanya majikan western/bule. Tidak heran Amah bernasib baik sperti ini sering diajak ke luar negeri oleh majikannya misal ke Inggris atau negara-negara Eropa lainnya.
Bahkan untuk menggambarkan betapa mulia jasa Si Amah dari Indonesia bagi diri dan keluarganya, salah seorang Bule bernama John Onu Odihi, Phd (Lecturer, di UBD) membuat Puisi dalam bahasa Inggris sederhana seperti ini :
AMAH,
Lady in the morning
Timely like the clock
You wake up early And retire to bed late
How you work
Tireless like the heart
Should you stop working
Life will go foul for them
That feed from your sweat
Amah you are Mother
In another name
How grateful
We are
To you
Lady of the late night
You stay up to make sure
Each time we wake up
The house is clean
And the food is ready
Forgive us Oh Amah forgive us
For taking you for granted
When we should learn from you
To thank the almighty for his graces
Had our geography been different
Our destiny perhaps would be yours
And yours would be ours
Thank you Amah
God bless you
Always.
Dari sini kita bisa belajar bahwa hati seorang bule/western seringkali lebih memiliki budaya ketimuran daripada “Orang Timur” sendiri.
Istilah Tenaga Kerja Indonesia (TKI), sebenarnya kurang tepat untuk menyebut pekerja Indonesia yang mengadu nasib di luar negeri. TKI bisa diartikan semua Tenaga Kerja dari Indonesia, baik yang bekerja didalam maupun luar negeri. Akan lebih baik jika istilah tersebut diganti dengan Tenaga Migran Indonesia (TMI). Di fora internasionalpun istilah Migrant worker sudah lama digunakan. Sebagai contoh China menggunakan istilah “Overseas” untuk menyebut tenaga migran dari negara Tirai bambu tersebut. TMI di Brunei pada umumnya bekerja di sektor non formal (pelayan toko, PRT/Amah, buruh bangunan, sopir bus, kondektur cleaning service, pedagang dll). Empat sektor yang saat ini dominan adalah Amah, sopir, tukang kebun dan buruh bangunan. Namun banyak yang menjadi Guru di SD, SMP, SMA, Dosen di Perguruan Tinggi, ataupun manajer hotel. Atau tenaga ahli di Petrolium (BP Migas), Shell Brunei, Dephan maupun menduduki jabatan penting di sejumlah Kementrian Brunei.
Untuk tenaga kerja non formal kelemahan umum para TMI adalah kurang atau tidak menguasai bahasa Inggris sehingga kalah bersaing dengan tenaga migrant dari negara lain misalnya Philipina. Hal ini tentu berdampak pada kecilnya gaji mereka. Contohnya, Pekerja dari Indonesia sebenarnya termasuk golongan yang ulet dan rajin, ketika mereka sedang bekerja tiba-tiba ada Manajer orang asing menegur “What are you doing ?” atau pertanyaan sederhana lainnya karena tidak tahu harus menjawab apa “a… I… ueo” Si Bule/orang asing tersebut langsung berkata “You are so bad, lazy and so on and so on”. Kalau posisi dia adalah sebagai pelayan restoran, maka jika ada customer asing bertanya/order yang maju pasti orang Philipina. Bahkan di salah satu restoran Padang terkenal di Brunei “terpaksa” memperkejakan orang Philipina “sungguh sayang”.
Ada hal yang “lucu dan konyol” bahwa kata-kata guyonan salah satu Mantan Presiden RI yang mengatakan bahwa Jika gaji pembantu/Amah di Brunei lebih besar dari Gaji guru, maka banyak guru di Indonesia akan berhenti jadi guru dan memilih menjadi Amah. Ini dimanfaatkan orang-orang Brunei untuk tidak memberi/menaikan gaji PRT melebihi gaji guru di Indonesia atau kira-kira tidak akan lebih dari B$ 250 perbulan. Padahal Amah disini bekerja ekstra berat. Sebagai gambaran seorang Amah akan bekerja sepanjang pagi, siang hingga larut malam, mengapa ?
Karena Si Amah harus melayani keluarga besar yang terdiri dari keluarga kakek, anak hingga cucu. Atau dengan kata lain “majikannya satu temanya banyak”. Keluarga disini lebih senang hidup berkumpul dalam satu rumah. Namun ada juga Amah yang bernasib baik dan mendapatkan majikan baik hati. Biasanya majikan western/bule. Tidak heran Amah bernasib baik sperti ini sering diajak ke luar negeri oleh majikannya misal ke Inggris atau negara-negara Eropa lainnya.
Bahkan untuk menggambarkan betapa mulia jasa Si Amah dari Indonesia bagi diri dan keluarganya, salah seorang Bule bernama John Onu Odihi, Phd (Lecturer, di UBD) membuat Puisi dalam bahasa Inggris sederhana seperti ini :
AMAH,
Lady in the morning
Timely like the clock
You wake up early And retire to bed late
How you work
Tireless like the heart
Should you stop working
Life will go foul for them
That feed from your sweat
Amah you are Mother
In another name
How grateful
We are
To you
Lady of the late night
You stay up to make sure
Each time we wake up
The house is clean
And the food is ready
Forgive us Oh Amah forgive us
For taking you for granted
When we should learn from you
To thank the almighty for his graces
Had our geography been different
Our destiny perhaps would be yours
And yours would be ours
Thank you Amah
God bless you
Always.
Dari sini kita bisa belajar bahwa hati seorang bule/western seringkali lebih memiliki budaya ketimuran daripada “Orang Timur” sendiri.
Kembali ke “aturan tanpa pedoman diatas” selain menyengsarakan Amah ternyata sering juga menimpa TMI di sektor informal lainnya, seperti pelayan toko, pelayan restoran, buruh bangunan maupun sopir dari Indonesia. Mulai gaji yang dibawah standar Labor Act Brunei, hingga majikan yang “lupa dan telat” membayar gaji mereka. Mereka tidak berdaya lagi-lagi karena “background education” dan budaya “nrimo” yang menyebabkan mereka tidak mau membela diri.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMA2Nk7CRdjfHCSknl2mVSzJfwsKa3GXIWnVfFR-BMoJNcVOevQT559Fu6Y8cxHMDIxwdNrZRjbmoYLOHjWheNKPyyqTWOOo1MV-dX4KADBIVWax0lOEGBRcCsWnVIiscL4ycdSPa3d70/s400/bus+brunei+018.jpg)
Sebut saja Pakde (dari Kebumen), sedang memundurkan Bus Jalur 22 yang akan melayani trayek BSB-Rimba-UBD, beliau dan TMI non formal lainnya merasakan imbas dari ” guyonan” yang kurang tepat itu.
Adakalanya karena ketidaktahuan mereka, hal-hal yang sebenarnya masalah kecil akan sangat menyulitkan mereka di kemudian hari. Umpamanya secara tidak sengaja melanggar aturan-aturan/larangan yang berlaku di Brunei.
Contoh beberapa larangan bagi pendatang di Brunei ;
1. Pada umumnya setiap tindak kriminal dilarang di Brunei dan hukumannya sangat berat.
2. Berkumpul membicarakan politik lebih dari 7 orang diatas jam 10 malam adalah dilarang. Undang-undang Darurat 1968 masih diberlakukan hingga saat ini. Adalah hal yang tabu membicarakan “Number One and family ” di khalayak umum, meskipun itu menyangkut hal-hal yang baik.
3. Jangan sekali-kali mencoba untuk melakukan pelanggaran lalu lintas sekecil apapun sanksinya tidak akan anda perkirakan sebelumnya.
4. Jika anda mempunyai sahabat orang “asli” agar berpandai-pandailah dalam membawa diri, jika tidak maka derajat anda akan direndahkan atau ditipu mentah-mentah.
5. Jika anda muslim jangan coba-coba membawa atau minum-minuman keras.
6. Jangan merokok ditempat umum
7. Dilarang memasang kaca film/gelap pada kereta (mobil), kecuali ada ijin tertentu.
8. Membawa Dadah/narkoba Hukuman Mati menunggumu.
Jika anda melakukan pelanggaran atau mencoba untuk melakukan tindakan yang dilarang tersebut, biasanya ada orang lain yang akan melaporkan tindakan anda dan secara tiba-tiba anda akan didatangi aparat yang berwenang. Hukuman bagi “pendatang” tidak ada kompromi.
Saya kebetulan dapat contoh dari teman Si pelaku : Bagaimana bisa terjadi sebuah pisang ditebus dengan $B 500 (Rp 3 juta). Suatu hari ada empat orang buruh bangunan yang berasal dari Indonesia 2 orang, dan Thailand 2 orang. Mereka berempat diberi tugas untuk memperbaiki bangunan rumah orang Brunei. Di suatu siang yang terik (di Katulistiwa lebih terik dibanding di pulau Jawa) mereka berempat iseng mengambil 4 buah pisang yang masak di pohon kepunyaan orang Brunei tersebut. Mereka pikir, apa salahnya di siang yang terik sambil istrahat makan pisang, lagi pula pohon ini milik orang yang sedang mereka bangun rumahnya. Apa yang terjadi, ketika mereka sedang asyik memakan buah pisang tadi, pemilik rumah pulang. Dan menanyakan siapa yang menyuruh mengambil buah pisang tersebut. Anda tahu apa yang dilakukan selanjutnya ? Tiada ma’af bagi keempat orang tersebut. Tidak beberapa lama kemudian datanglah Polisi menangkap mereka dengan tuduhan tertangkap basah mencuri pisang. Setelah melalui serangkaian sidang yang bagi mereka melelahkan dan menakutkan, mereka berempat diberi dua pilihan denda B$ 2.000,- (12 juta rupiah) atau dipenjara. Tentu yang mereka pilih adalah membayar denda. Akhirnya keempat orang tersebut bekerja satu bulan di rumah tersebut tanpa digaji, karena gajinya dijadikan jaminan pembayaran denda. Ya satu buah pisang dihargai Rp. 3 Juta. Jadi tidak heran jika di Brunei sedang musim buah, entah itu buah mangga, durian, pisang maupun rambutan. Selain pemilik pohon tidak akan ada yang berani mengambil sampai jatuh sendiri, bagi yang paham “cukup melihat saja” dan kalau kepingin beli saja di Tamu (Pasar) Kianggeh. Harganya murah $B 2.000,- dapat satu kereta lori (truk) pisang, karena satu sisir Pisang Kepok hanya $B 1. Apalagi kalau beli pisangnya di Pasar Tradisional di Purworejo sana, satu kampung kebagian semua.
Saya berharap dari sekedar cerita ini, kepada calon TMI khususnya dari Purworejo yang akan mengadu nasib ke luar negeri, mohon agar dipikirkan dengan sebaik-baiknya sebelum mengambil keputusan. Carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang negara yang akan dituju. Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada guna.
Catatan :
Istilah TKI menjadi TMI dan Puisi untuk Amah adalah kutipan dari Buku “KIPRAH” Kenang-Kenangan 20 Tahun Persatuan Masyarakat Indonesia di Brunei Darussalam (PERMAI) tahun 2008.
Bersambung……
Adakalanya karena ketidaktahuan mereka, hal-hal yang sebenarnya masalah kecil akan sangat menyulitkan mereka di kemudian hari. Umpamanya secara tidak sengaja melanggar aturan-aturan/larangan yang berlaku di Brunei.
Contoh beberapa larangan bagi pendatang di Brunei ;
1. Pada umumnya setiap tindak kriminal dilarang di Brunei dan hukumannya sangat berat.
2. Berkumpul membicarakan politik lebih dari 7 orang diatas jam 10 malam adalah dilarang. Undang-undang Darurat 1968 masih diberlakukan hingga saat ini. Adalah hal yang tabu membicarakan “Number One and family ” di khalayak umum, meskipun itu menyangkut hal-hal yang baik.
3. Jangan sekali-kali mencoba untuk melakukan pelanggaran lalu lintas sekecil apapun sanksinya tidak akan anda perkirakan sebelumnya.
4. Jika anda mempunyai sahabat orang “asli” agar berpandai-pandailah dalam membawa diri, jika tidak maka derajat anda akan direndahkan atau ditipu mentah-mentah.
5. Jika anda muslim jangan coba-coba membawa atau minum-minuman keras.
6. Jangan merokok ditempat umum
7. Dilarang memasang kaca film/gelap pada kereta (mobil), kecuali ada ijin tertentu.
8. Membawa Dadah/narkoba Hukuman Mati menunggumu.
Jika anda melakukan pelanggaran atau mencoba untuk melakukan tindakan yang dilarang tersebut, biasanya ada orang lain yang akan melaporkan tindakan anda dan secara tiba-tiba anda akan didatangi aparat yang berwenang. Hukuman bagi “pendatang” tidak ada kompromi.
Saya kebetulan dapat contoh dari teman Si pelaku : Bagaimana bisa terjadi sebuah pisang ditebus dengan $B 500 (Rp 3 juta). Suatu hari ada empat orang buruh bangunan yang berasal dari Indonesia 2 orang, dan Thailand 2 orang. Mereka berempat diberi tugas untuk memperbaiki bangunan rumah orang Brunei. Di suatu siang yang terik (di Katulistiwa lebih terik dibanding di pulau Jawa) mereka berempat iseng mengambil 4 buah pisang yang masak di pohon kepunyaan orang Brunei tersebut. Mereka pikir, apa salahnya di siang yang terik sambil istrahat makan pisang, lagi pula pohon ini milik orang yang sedang mereka bangun rumahnya. Apa yang terjadi, ketika mereka sedang asyik memakan buah pisang tadi, pemilik rumah pulang. Dan menanyakan siapa yang menyuruh mengambil buah pisang tersebut. Anda tahu apa yang dilakukan selanjutnya ? Tiada ma’af bagi keempat orang tersebut. Tidak beberapa lama kemudian datanglah Polisi menangkap mereka dengan tuduhan tertangkap basah mencuri pisang. Setelah melalui serangkaian sidang yang bagi mereka melelahkan dan menakutkan, mereka berempat diberi dua pilihan denda B$ 2.000,- (12 juta rupiah) atau dipenjara. Tentu yang mereka pilih adalah membayar denda. Akhirnya keempat orang tersebut bekerja satu bulan di rumah tersebut tanpa digaji, karena gajinya dijadikan jaminan pembayaran denda. Ya satu buah pisang dihargai Rp. 3 Juta. Jadi tidak heran jika di Brunei sedang musim buah, entah itu buah mangga, durian, pisang maupun rambutan. Selain pemilik pohon tidak akan ada yang berani mengambil sampai jatuh sendiri, bagi yang paham “cukup melihat saja” dan kalau kepingin beli saja di Tamu (Pasar) Kianggeh. Harganya murah $B 2.000,- dapat satu kereta lori (truk) pisang, karena satu sisir Pisang Kepok hanya $B 1. Apalagi kalau beli pisangnya di Pasar Tradisional di Purworejo sana, satu kampung kebagian semua.
Saya berharap dari sekedar cerita ini, kepada calon TMI khususnya dari Purworejo yang akan mengadu nasib ke luar negeri, mohon agar dipikirkan dengan sebaik-baiknya sebelum mengambil keputusan. Carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang negara yang akan dituju. Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada guna.
Catatan :
Istilah TKI menjadi TMI dan Puisi untuk Amah adalah kutipan dari Buku “KIPRAH” Kenang-Kenangan 20 Tahun Persatuan Masyarakat Indonesia di Brunei Darussalam (PERMAI) tahun 2008.
Bersambung……
Assalamualaikum wr,wb…
BalasHapusSaya TKI DI BRUNEI.
Demi ALLAH saya benar-benar yakin dan percaya angka goib AKI DARMO telah saya buktikan juga kemarin saya dapat,awalnya saya ragu tapi saya mencoba menhubungin lagi dan meminta angka juga dan aki bisah membantu dalam 5 kali putarang tembus dan aki bisah menjual tuyul anda berminat silah kan hubunggi aki darmo di nomor 082-310-142-255- dan angka 22D 3D 4D 5D 6D-
Assalamualaikum wr,wb…
Saya TKI DI BRUNEI.
Demi ALLAH saya benar-benar yakin dan percaya angka goib AKI DARMO telah saya buktikan juga kemarin saya dapat,awalnya saya ragu tapi saya mencoba menhubungin lagi dan meminta angka juga dan aki bisah membantu dalam 5 kali putarang tembus dan aki bisah menjual tuyul anda berminat silah kan hubunggi aki darmo di nomor 082-310-142-255- dan angka 22D 3D 4D 5D 6D-
Assalamualaikum wr,wb…
BalasHapusSaya TKI DI BRUNEI.
Demi ALLAH saya benar-benar yakin dan percaya angka goib AKI DARMO telah saya buktikan juga kemarin saya dapat,awalnya saya ragu tapi saya mencoba menhubungin lagi dan meminta angka juga dan aki bisah membantu dalam 5 kali putarang tembus dan aki bisah menjual tuyul anda berminat silah kan hubunggi aki darmo di nomor 082-310-142-255- dan angka 22D 3D 4D 5D 6D-